12.10.10

13 Hal penting dalam merawat bayi


Merawat bayi memang tidak gampang. Di sini ada beberapa hal yang bisa
dicermati orangtua berkaitan dengan upaya merawat bayi, agar proses tumbuh
kembangnya berjalan optimal.

1. Taruh bayi di dada saat lahir
Menurut Dr. Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K), bayi yang baru lahir sebaiknya
segera ditaruh di dada ibu. "Jangan dimandikan dulu," ujar dokter dari
Klinik Anakku ini. Dalam video yang pernah dipresentasikan oleh konsultan
laktasi, Dr. Utami Roesli, Sp.A(K), ICBLC, bayi akan mencari puting ibu
sesaat setelah lahir dan diletakkan di dada. Pada waktu itu pula, bayi akan
menyedot ASI meski ASI belum keluar. Isapan bayi ini justru akan merangsang
produksi ASI. Bayi yang tidak menyedot ASI dalam 30 menit pertama setelah
lahir, kapasitas menyusunya akan turun.
 
2. Tidak membuang ASI pertama yang keluar
Warna kuning yang keluar dari ASI pertama kali tidak boleh dibuang. ASI yang
disebut kolostrum ini mengandung protein dan zat kekebalan tubuh (antibodi)
yang akan melindungi bayi, sehingga lebih kuat menghadapi penyakit.
 
3. Tidak ada ASI basi*
"Tak seperti susu formula, ASI tidak pernah basi," ujar Dr. Caroline Mulawi,
Sp.A(K). Ibu yang karena sesuatu hal tidak bisa menyusui bayinya dalam
beberapa waktu, tak perlu ragu untuk menyusui bayinya lagi. Kualitas ASI
yang diberikan pada saat itu sama baiknya seperti yang keluar pertama kali.
 
4. Bayi yang diberi ASI lebih mudah lapar
Sifat ASI yang mudah dicerna membuat bayi lebih cepat lapar. Bayi yang
mendapat ASI akan minum lebih sering sekitar 1-3 jam sekali. Bila berat
badan bayi yang diberi ASI terus bertambah, menjadi pertanda bayi sudah
cukup mendapat makanan. Jangan memberikan makanan padat sebelum waktunya,
agar tak menimbulkan sumbatan pada usus yang bisa berakibat fatal. Sistem
pencernaan bayi belum sempurna hingga ia berusia 4 bulan.
 
5. Tidak merebus ASI yang disimpan
Ibu yang bekerja dapat memeras ASI dan menyimpannya dalam botol steril. Setiap
botol ASI itu hendaknya ditulis tanggal dan jam pemerasan. ASI yang disimpan
dalam freezer bisa bertahan antara 2 minggu hingga 4 bulan. Pada suhu kamar
ASI bertahan selama 4-8 jam, sedangkan dalam lemari pendingin bertahan
sekitar 24-48 jam.

Pemberian ASI dilakukan dengan metode first in first out. ASI yang masuk
lemari pendingin atau freezer terlebih dulu, itulah yang harus keluar lebih
dulu. Saat hendak diberikan, ASI jangan dipanaskan dengan pemanas atau
microwave karena zat yang terkandung dalam ASI bisa rusak. Untuk ASI yang
berada dalam lemari pendingin, sebaiknya rendam botol dalam wadah berisi air
hangat sampai ASI tidak terasa dingin lagi. Baru diberikan pada bayi.
Sementara untuk ASI yang disimpan dalam freezer, hendaknya dipindahkan
terlebih dulu ke lemari pendingin hingga mencair. Setelah itu baru
dihangatkan dalam wadah berisi air hangat.
 
6. Bayi menangis
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya.
Bayi menangis tak melulu karena lapar. Bisa jadi karena popoknya basah
akibat pipis atau buang air besar. Bisa juga karena posisi saat menyusu yang
tidak benar, sehingga tidak memperoleh ASI dalam jumlah yang tepat.

Tangisan bayi, menurut Dr. Caroline dari RS Omni Medical Center, juga bisa
menjadi pertanda ia sakit. Pada 2-3 bulan pertama misalnya, bayi sering
menderita kolik atau sakit perut yang tidak diketahui penyebabnya. "Biasanya
gejala itu berkurang setelah usia tiga bulan," ujarnya. Bisa pula tangisan
itu karena demam. Kalau itu yang terjadi, segera bawa bayi ke dokter.

Menangis pun dapat menjadi cara bayi menarik perhatian orang lain, terutama
ibu dan ayahnya. Mungkin ia ingin mendapat dekapan dan kasih sayang dari
orangtua. Hendaknya orangtua tidak membiarkan bayi menangis terlalu lama
karena bayi akan menjadi lelah dan kemampuan menyusunya berkurang. Si ibu
juga bisa frustrasi dan kesal, sehingga dapat berakibat buruk bagi
perkembangan psikologis bayi.

Saat bayi menangis, ibu atau ayah bisa menggendong dan menimangnya sambil
bersenandung, menaruhnya di kereta bayi, lalu ajaklah jalan-jalan di luar
kamar, atau putarkan musik lembut. Kalau ibu sedang lelah, minta pengasuh
atau orang lain membantu menggendong bayi. Sebab, semakin kesal dan
frustrasi sang ibu, bayi akan semakin gelisah dan menangis lebih keras.
 
7. Timang bayi
Hingga saat ini masih terdengar persepsi keliru, sehingga muncul saran untuk
tidak sering-sering menggendong bayi. Khawatir nanti "bau tangan" dan bayi
menjadi manja. Hal ini tidak benar. Justru banyak penelitian mengungkapkan,
bayi yang segera mendapat perhatian sesaat setelah menangis, entah dengan
ditimang maupun didekati, kelak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara
emosional. Ia pun nantinya menjadi orang mandiri serta lebih percaya diri.
Sebaliknya, bayi-bayi yang tidak mendapat perhatian dan dibiarkan menangis
terlalu lama, saat dewasa akan menjadi pribadi yang kurang mandiri, peragu,
atau tidak mempunyai kepercayaan diri yang kuat.
 
8. Kompres air hangat
Memberikan minum lebih sering sangat membantu menurunkan demam ditambah obat
penurun demam. Kompres untuk bayi lebih baik jika dengan air hangat.
Dijelaskan Dr. Caroline, beberapa penelitian menunjukkan, kompres hangat
lebih bermanfaat dalam menurunkan demam dibandingkan kompres air dingin.
Jangan mengompres dengan alkohol karena khawatir keracunan. Bila demam masih
berlanjut dan bertambah tinggi segera bawa bayi ke dokter.
 
9. Bayi sering buang air besar
Bayi yang memperoleh ASI awalnya fesesnya cenderung agak cair dan seperti
berbiji-biji. Frekuensinya pun bisa 4-6 kali sehari. Namun, pada usia 1-2
bulan, frekuensinya bisa berkurang hingga 4-6 hari sekali. Tidak perlu
khawatir akan kondisi tersebut selama bayi tetap tenang, tidak rewel, perut
tidak kembung, tidak muntah terus-menerus, dan feses tidak keras. Kondisi
ini dikarenakan ASI lebih banyak diserap usus dan perlu waktu lebih lama
untuk dikeluarkan sebagai feses.
Feses bayi usia 2-3 bulan akan mulai berampas. Baru pada usia di atas 4
bulan, feses mulai berbentuk. Yang penting, tambah Dr. Caroline, feses bayi
tidak berubah bentuk menjadi cair tanpa ampas atau disertai darah. Bila ini
yang terjadi, bayi harus segera dibawa ke dokter. Begitu pula bila bayi
tidak BAB lebih dari 6 hari.
 
10. Perhatikan hal-hal kecil
Di usia dua bulan, bayi bisa merespon dengan baik saat diajak bicara oleh
ibu atau ayahnya. Di usia tiga bulan, saat kedua tangan bayi diangkat secara
perlahan hingga badan ikut terangkat, lehernya harus ikut terangkat. "Bila
leher bayi tidak ikut terangkat sudah harus dicurigai adanya
ketidaknormalan," ujar Dr. Hardiono. Pada usia tiga bulan bayi sudah tidak
mengepal tangan. Bila di usia 4 bulan tangan bayi masih mengepal, 90 persen
mengindikasikan adanya masalah.
Gejala klasik autis juga bisa dilihat dari hal-hal kecil. Contohnya, bayi
tidak merespon saat diajak bicara, suka memukul-mukul kepala, ukuran kepala
cenderung lebih besar, batita membalik mobil-mobilan lalu memutar ban hingga
berkali-kali, dan asyik dengan dunianya sendiri. Autis terjadi karena
kurangnya serotonin yang merupakan neurotransmitter pada otak. Bila
diketahui dan diterapi sejak dini, di bawah usia 2 tahun, hasilnya akan
baik. Akan lebih sulit bila baru diketahui pada usia 5 tahun, karena sel
saraf sudah tidak tumbuh lagi.

11. Berat badan harus naik
Bayi harus dipantau berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala. Hasil
pantauan tersebut bisa dibandingkan dengan saudara sekandung pada usia yang
sama atau anak lain yang sebaya. Bayi yang tetap kurus tidak perlu
dikhawatirkan selama berat badannya terus naik. Mungkin saja posturnya
memang kecil. Akan menjadi masalah bila berat badan bayi tidak naik dan
memotong dua garis persentil dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Itu bisa
menjadi indikasi adanya masalah atau penyakit yang diderita bayi, misalnya
kondisi kurang gizi.
 
12. Tak selalu harus ke dokter
Orangtua, dikatakan Dr. Hardiono, sering membawa bayi ke dokter saat
mengalami penyakit ringan. Bayi batuk, pilek, atau diare ringan, tidak harus
dibawa ke dokter. "Karena 60-80 persen sakit yang terjadi pada bayi maupun
anak-anak bisa sembuh. Juga tak harus selalu diobati dengan antibiotik bila
hanya sakit batuk-pilek biasa," katanya.
 
13. Imunisasi sesuai jadwal
Imunisasi diperlukan untuk memberikan kekebalan bagi bayi. Dengan imunisasi,
2,7 persen kematian per tahunnya bisa dicegah. Beberapa penyakit penting
dapat dicegah lewat imunisasi seperti difteri, pertusis, tetanus, polio,
meningitis, pneumonia, Hib, serta hepatitis. Sejauh ini, dikatakan Dr.
Hardiono, pneumonia menjadi penyebab kematian anak terbanyak di dunia,
diikuti AIDS, diare, TBC, malaria, dan campak.
Vaksin dasar yang diberikan kepada bayi adalah DPT, polio, hepatitis, Hib,
campak, dan BCG. Rentang waktu vaksinasi adalah dua bulan karena lebih
meningkatkan kekebalan. Efek dari vaksin dasar seperti demam tinggi, kejang,
bengkak maupun syok, masih menjadi sumber kekhawatiran orangtua.

Saat ini sudah ada vaksin kombinasi 5 in 1 yaitu difteri, pertusis, tetanus,
polio, dan Hib. Vaksin kombinasi mengurangi suntikan pada bayi. Dengan
vaksin kombinasi bayi jarang demam, kalaupun demam tidak terlalu tinggi,
jarang bengkak, dan kejang pun berkurang. Tak perlu khawatir, vaksin baru
saat ini sudah tidak mengandung merkuri.

Ada sedikit tambahan artikel tentang imunisasi, mungkin tambahan artikel ini masih kontroversi 
tetapi semuanya saya  serahkan kepada Anda pribad masing-masing bagaimana menyikapinyai:
 
Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit. Anda mendengar hal ini dari dokter, media masa, brosur di klinik, atau teman-teman Anda. Tetapi, apakah Anda pernah berpikir ulang tentang tujuan imunisasi? Pernahkah anda meniliti lebih lanjut terhadap isu-isu dan cerita mengenai sisi lain imunisasi (yang tidak pernah diinformasikan oleh dokter)? Baiklah, mari kita ikuti lebih lanjut…

Serangkaian imunisasi yang terus digiatkan hingga saat ini oleh pihak-pihak terkait yang katanya demi menjaga kesehatan anak, patut dikritisi lagi baik dari segi kesehatan maupun syariat. Teori pemberian vaksin yang menyatakan bahwa “memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk menahan serangan penyakit yang lebih besar. Benarkah?
Tiga Mitos Menyesatkan
Vaksin begitu dipercaya sebagai pencegah penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya 3 mitos yang sengaja disebarkan. Padahal, hal itu berlawanan dengan kenyataan.
effektif melindungi manusia dari penyakit.
Kenyataan: Banyak penelitian medis mencatat kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun 1989, wabah campak terjadi di sekolah yang punya tingkat vaksinasi lebih besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar untuk terserang penyakit tersebut daripada yang tidak divaksin.
Imunisasi merupakan sebab utama penurunan jumlah penyakit.
Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum dikenalkan imunisasi secara masal. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit infeksi yang mematikan di AS dan Inggris mengalami penurunan rata-rata sebesar 80%, itu terjadi sebelum ada vaksinasi. The British Association for the Advancement of Science menemukan bahwa penyakit anak-anak mengalami penurunan sebesar 90% antara 1850 dan 1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi diwajibkan.
imunisasi benar-benar aman bagi anak-anak
Yang benar, imunisasi lebih besar bahayanya. Salah satu buktinya, pada tahun 1986, kongres AS membentuk The National Childhood Vaccine Injury Act, yang mengakui kenyataan bahwa vaksin dapat menyebabkan luka dan kematian.
Racun dan Najis? Tak Masuk Akal
Apa saja racun yang terkandung dalam vaksin? Beberapa racun dan bahan berbahaya yang biasa digunakan seperti Merkuri, Formaldehid, Aluminium, Fosfat, Sodium, Neomioin, Fenol, Aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan biasanya darah kuda dan babi, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. Sungguh, terdapat banyak persamaan antara praktik penyihir zaman dulu dengan pengobatan modern. Keduanya menggunakan organ tubuh manusia dan hewan, kotoran dan racun (informasi ini diambil dari British National Anti-Vaccination league)
Dr. William Hay menyatakan, “Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatannya. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” ….. (Immunisation:The Reality behind the Myth)
Makhluk Mulia Vs Hewan
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia merupakan khalifah di bumi, sehingga merupakan ashraful makhluqaat (makhluk termulia). Mengingat keunggulan fisik, kecerdasan, dan jiwa secara hakiki, manusia mengungguli semua ciptaan Allah yang ada. Manusia merupakan makhluk unik yang dilengkapi sistem kekebalan alami yang berpotensi melawan semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan berbahaya.
Jika manusia menjalani hidupnya sesuai petunjuk syariat yang berupa perintah dan larangan, kesehatannya akan tetap terjaga dari serangan virus, bakteri, dan kuman penyakit lainnya. Sedangkan orang-orang kafir, mengangap adanya kekurangan dalam diri manusia sebagai ciptaan Allah, sehingga berusaha sekuat tenaga memperkuat sistemn pertahanan tubuh melalui imunisasai yang tercampur najis dan penuh dengan bahaya.
Manusia merupakan makhluk yang punya banyak kelebihan. Terdapat perbedaan yang mencolok antara manusia dengan hewan tingkat rendah. Apa yang dapat diterapkan padanya tidak cocok bagi hewan, demikian juga sebaliknya. Namun, orang-orang atheis menyamakan hewan dengan manusia, sebab mereka menganut teori evolusi manusia melalui kera yang sangat “menggelikan”. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa apa yang dimiliki hewan dapat secara aman dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Jadi, sel-sel hewan, virus, bakteri, darah, dan nanah disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Logika setan ini adalah menjijikkan menurut Islam.
Imunisasi digembar-gemborkan sebagai suatu bentuk keajaiban pencegahan penyakit, padahal faktanya cara itu tidak lebih hanya sebagai proyek penghasil uang para dokter dan perusahaan farmasi. Dalam kenyataannya, imunisasi lebih banyak menyebabkan bahaya daripada kesehatan. Bahkan, mengacaukan proses-proses alami yang ada dalam ciptaan-Nya. Nah, dengan paparan singkat ini, orang tua mana yang merasa tidak takut untuk memberikan imunisasi pada anaknya? (dsw)
Sumber:
www.gayahidupsehatonline.com
http://gugundesign.wordpress.com/2007/08/07/imunisasi-siapa-tidak-takut/ 
www.missionislam.com/conissues
Untuk informasi yang lebih jauh lagi dan lebih lengkap, Anda bisa mencari di google dengan banyak sumber.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Trims gan infonya ...
habis baca artikelnya jadi pengen jadi makin gerti cara merawar bayi....
tapi klo untuk model kaos kaki muslimah yang sesuai syariat itu seperti apa ya?
tolong infonya gan...

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More